Pengertian

Istilah Tasu’a atau Asyuraa adalah pecahan kata dari kata tis’u (sembilan) atau ‘asyar (sepuluh), merupakan isim ‘adad (kata bilangan) tertentu. Pada kata Asyuraa bisa berbentuk mamdud seperti : العاشوراء , العَشوراء dan keduanya bisa di-maqshur-kan menjadi عشورى. Sedangkan makna العاشور artinya عاشر المحرم (hari kesepuluh bulan Muharram).1 Demikan juga bentuk pada kata  تاسوعاء memiliki perubahan bentuk seperti Aasyura yaitu bisa menjadi mamdud atau maqshur dalam bentuk wazan  Fa’ulaa’. 2

Imam Al Qurthubi rahimahullah berkata : Aasyuraa adalah bentuk ma’dul (bentuk menyimpang) dari kata ‘Aasyiroh (yang kesepuluh) bermaksud untuk mubalaghah dan ta’zhim (ungkapan lebih dan penghormatan), yang pada dasarnya sebagai sifat (kemuliaan) untuk malam yang ke 10. Sehingga apabila dikatakan “pada hari Asyuraa” maka seolah-olah berkata “hari saat malam sebelum hari ke 10”. 3

Hari asyuraa disepakati akan kesunnahannya karena berdasarkan beberapa hadits. Salah satunya contoh hadits :

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ ” رواه مسلم

Berpuasa pada hari ‘Aarofah aku berharap semoga Allah  mengampuni dosa setahun sebelum dan setahun setelahnya. Berpuasa pada hari ‘Asyuroo aku berharap semoga Allah  mengampuni dosa setahun sebelumnya. (Hadits Riwayat Muslim : 1162)

Juga hadits puasa pada bulan Muharram secara umum :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وأفضل الصلاة بعد الفريضة صلاة الليل ” رواه مسلم 1163

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, berkata : Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Seutama-utama puasa setelah puasa bulan Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharram, dan seutama-utama sholat setelah sholat wajib adalah sholat qiyamullail” (Hadits Riwayat Muslim : 1163)

Dan hadits-hadits lain yang menunjukkan kesunnahan dan keutamaan puasa Asyuraa secara khusus. Dan sudah cukup banyak tulisan yang menguraikan banyak keutamaan puasa bulan ini.

Tasu’a dan Pelaksanaannya.

Tasu’a maknanya hari ke sembelian pada bulan Muharram (besok), hari itu termasuk hari yang memiliki keutamaan, karena Rosulullah shallallahu alaihi wasallam pernah berazam untuk berpuasa pada hari Tasu’a apabila Allah berikan umur hingga tahun berikutnya.

Imam An Nawawi rahimahullah berkata :

قال الشافعي وأصحابه وأحمد واسحاق وآخرون يستحب صوم التاسع والعاشر جميعا لأن النبي صلى الله عليه و سلم صام العاشر ونوى صيام التاسع

“Asy Syafi’i dan para sahabatnya, Ahmad, Ishaq dan lainnya, menganjurkan puasa hari ke 9 dan hari ke 10 secara bersamaan (tidak hanya hari ke 10), karena Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah puasa pada hari ke 10, dan beliau pun meniatkan untuk puasa pada  hari ke 9 (pada tahun berikutnya)”. 4

Ini adalah pendapat jumhur ulama, karena telah shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah berazam untuk puasa pada hari ke sembilan bersama hari ke sepuluh.

عن ابن عباس رضي الله عنهما أيضاً قال : (حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ . قَالَ : فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ) رواه مسلم  

Dari Abdullah ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata : saat Rosulullah shallallahu alaihi wasallam (hendak) melaksanakan puasa pada hari Asyura’, Beliau shallallahu alaihi wasallam pun memerintahkan para sahabat untuk melakukannya. Maka mereka berkata :  ‘Wahai Rasulullah, hari itu (10 Muharram) adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani’. Maka beliau shallallahu alaihi wasallam pun bersabda : ‘Jika tahun depan sudah datang, insyaa Allah kita akan puasa hari yang ke 9.’ Beliau (Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma) berkata : Belum sampai tahun depan Rosulullah shallallahu alaihi wasallam meninggal dunia. (Hadits Riwayat Muslim : 1134).

Beliau (Imam Nawawi rahimahullah) juga berkata :

وذكر العلماء من أصحابنا وغيرهم في حكمة استحباب صوم تاسوعاء أوجها (أحدها) أن المراد منه مخالفة اليهود في اقتصارهم على العاشر وهو مروى عن ابن عباس وفى حديث رواه الامام احمد بن حنبل عن ابن عباس قال ” قال رسول الله صلى الله عليه وسلم صوموا يوم عاشوراء وخالفوا اليهود وصوموا قبله يوما وبعده يوما ” (الثاني) أن المراد به وصل يوم عاشوراء بصوم كما نهى أن يصوما يوم الجمعة وحده ذكرهما الخطابى وآخرون (الثالث) الاحتياط في صوم العاشر خشية نقص الهلال ووقوع غلط فيكون التاسع في العدد هو العاشر في نفس الامر

Beberapa ulama dari kalangan kami (Madzhab Syafi’iyah) dan selain mereka telah menyebutkan hikmah dianjurkannya puasa tasu’aa dari beberapa sisi : Pertama, Maksud pensyariatan shaum ini adalah menyelisihi Yahudi yang berpuasa pada hari ke sepuluh. Dan ini sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad ibn Hanbal. Dari Abdullah ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata : Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : ‘Berpuasalah pada hari ‘Asyura dan berpuasalah juga pada sehari sebelumnya atau sehari setelahnya’. Kedua (apabila Asyuraa’ atau Tasu’aa jatuh pada hari Jum’at), mengiringkan hari Asyuraa’ dengan puasa (di hari lain), sebagaimana Rosulullah shallallahu alaihi wasallam melarang puasa hanya pada hari Jum’at, ini sebagaimana disebutkan oleh Al Khotobiy dan yang lainnya. Ketiga, Sebagai kehati-hatian saat puasa pada hari Asyuraa ini,  karena adanya kekhawatiran kurang jelasnya hilal dan terjadi kekeliruan sehingga hari ke 9 dalam hitungan (putusan hilal) tapi sebenarnya adalah hari ke 10. 5

Sisi hikmah yang paling kuat adalah untuk menyelisihi Ahli Kitab, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Saat dikatakan kepada Beliau shallallahu alaihi wasallam sebelum dekat wafatnya beliau bahwa hari Asyuraa ini diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani, lalu Beliau shallallahu alaihi wasallam memerintahkan untuk menyelisihi itu dengan mengiringkan puasa pada hari lain, dan beliau mengazamkan itu. Atas dasar ini para ulama menganjurkan berpuasa pada hari Tasu’aa dan Asyuraa, dengan alasan itu pula para sahabat radhiyallahu ‘anhu diperintahkan.” 6. Dan atas dasar alasan perintah seperti itu, seandainya ada yang tidak mengiringkan puasa pada hari ke 9, maka disarankan berpuasa pada hari ke sebelas. 7

Apabila yang masih punya kewajiban qodho puasa, maka yang lebih utama agar meniatkan puasa pada hari tasu’aa dengan niat qodho’. Sehingga bisa menyegerakan kewajiban qodho’ dan karena Hal ini memang lebih penting dan sekaligus tercapai maksud disyari’atkannya puasa Tasu’aa yaitu menyelisihi Yahudi dan Nashrani.

Dan tidak makruh pula melaksanakan puasa Asyuraa meninggalkan puasa Tasu’aa. Seperti Syaikhul Islam berkata : “Puasa pada hari Asyuraa sebagai penggugur dosa setahun yang lampau, dan tidak makruh apabila melakukan puasa pada hari itu saja”. 8

Kesimpulannya, boleh berpuasa pada satu hari Asyuraa saja, akan tetapi yang afdhal adalah mengiringkan puasa pada hari sebelum atau sesudahnya, karena itu merupakan sunnah yang dikukuhkan dan shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. 9

Wallahu a’lam bish showab
Semoga bermanfaat

Written by Adhi S

Footnotes

  1. Silakan rujuk : Al Qomus Al Muhith : 565
  2. Silakan rujuk : Lisanul Arab : 4 / 568 dan 8/ 34;
  3. Silakan rujuk Fath Al Bari Ibn Hajar : 4/254
  4. Silakan rujuk : Syarh An Nawawi Ala Muslim : 8 / 13; Al Majmu’ : 6/383; Al Mughni : 3/178; Mawahib Al Jalil : 2/ 406; Hasyiyah Ibn Abidin : 2 / 375; Fatawa Lajnah Daimah : 10/401
  5. Silakan rujuk : Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab: 6/383
  6. Silakan rujuk : Iqtidha’ Shirothil Mustaqim : 1/ 284; Majmu’ Fatawa : 25 / 311; Pendapat seperti ini juga dirajihkan oleh Ibnu Hibban seperti disebut dalam Al Fath: 4/245
  7. Silakan rujuk : Raudhatut Thalibin Li An Nawawi : 2 / 387
  8. Silakan rujuk : Fatawa Al Kubro : 5/378
  9. Silakan rujuk : Lajnah Daimah : 11 / 401