Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ مُّقْتَدِرًا (45)

Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. [QS. Al Kahfi : 45]

———-
Firman Allah ta’ala : ” وَاضْرِبْ لَهُم مَّثَلَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ” ( Dan berilah perumpamaan kepada mereka, bahwa kehidupan dunia itu ), maknanya : “Berilah kepada orang-orang yang sombong itu, suatu perumpamaan kehidupan dunia”.

✳ Mereka yang sombong itu adalah orang-orang musyrik yang kaya dan sombong, yang meminta Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar menyingkirkan dan memisahkan mereka dari orang-orang mu’min yang fakir, karena tidak mau satu agama dengan para orang level rendah (menurut mereka) seperti budak dan orang fakir. Meskipun demikian perintah ini tidak berarti khusus berlaku kepada orang-orang kafir yang sombong saja, bahkan ini Allah perintahkan kepada Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengatakan ini kepada umumnya manusia.

✳ Potongan ayat ini memerintahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam agar menguraikan hakikat dunia dengan perumpamaan yang mudah dimengerti. Inilah satu pelajaran mengapa seorang da’i harus memperbanyak hazanah keilmuan, dan wawasan akan kehidupan agar mampu memberi gambaran dan contoh yang nyata dalam menjelaskan suatu masalah, karena hal ini lebih mudah dan ringan untuk dicerna oleh akal. Dan perumpamaan ini dikecualikan pada perkara tentang Allah, karena menyerupakan atau mengumpamakan perihal perbuatan maupun dzat Allah azza wa jalla dengan makhluk adalah sebuah kekufuran.

———-
Firman Allah ta’ala ” كَمَاءٍ أَنزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ ” ( Ibarat air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi menjadi subur ). – Makna air dari potongan ayat ini adalah air hujan, karena jika melihat keterangan ” أَنزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ ” (Kami turunkan dari langit) maka pengertiannya kembali kepada air hujan. – Dan kalimat ” فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ ” ( maka karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi menjadi subur ), yaitu dengan sebab adanya air, tumbuhan-tumbuhan di muka bumi menjadi subur dan berkembang biak. Ayat yang semakna dengan ayat ini ada pada Surat Yunus ayat 24.

Mengapa Allah ta’ala mengibaratkan dunia dengan air ?

Imam Al Qurthubi rahimahullah berkata bahwa Ahli Hikmah berkata : Allah ta’ala mengibaratkan kehidupan dunia dengan air, karena :
1⃣ Air keadaannya tidak tetap pada satu tempat saja (selalu mengalir dan berubah), demikian juga hidup di dunia pun tidak akan tetap pada satu tempat.
2⃣ Air juga tidak selalu tetap pada satu keadaan, karena air bisa pergi atau hilang demikian juga kehidupan dunia yang fana (pasti akan hilang lenyap),
3⃣ Air itu, siapapun tidak mungkin bisa masuk ke dalam air tanpa terbasahi olehnya, demikian juga tidak akan ada yang selamat dari fitnah dan ketergelinciran jika sudah sibuk dalam urusan dunia.
4⃣ Air apabila sesuai ukuran, akan memberi manfaat dan akan menyuburkan tanaman, namun apabila melebihi kadarnya bisa membahayakan dan membinasakan, Demikian juga urusan dunia, kecukupan terhadap dunia akan memberi manfaat, sedang bila berlebihan di dalamnya akan membahayakan.

Dan diriwayatkan dari Imam Muslim, bahwa Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

قد أفلح من أسلم ورزق كفافا وقنعه الله بما أتاه

Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, lalu dikaruniakan rejeki secukupnya dan oleh Allah ta’ala dikaruniakan sifat qona’ah / merasa cukup terhadap apa saja yang diberikan Allah ta’ala kepadanya. [HR. Muslim no. 1054]

———-
Firman Allah ta’ala ” فَأَصْبَحَ هَشِيمًا تَذْرُوهُ الرِّيَاحُ ” ( Lalu tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin ). Maknanya : setelah Allah ta’ala menjadikan tumbuh-tumbuhan subur, Allah pun Maha Kuasa menjadikannya kering, rapuh, binasa dengan mudah dan sekejap. Tumbuhan itu menjadi kering, rapuh dan remuk karena terputusnya asupan air, atau dengan cara yang Allah ta’ala kehendaki. Dan berterbangan diterpa angin karena keringnya dan berhamburan kemana-mana.

Kata ” هشيما ” bermakna retak / remuk karena kekeringan, tidak ada air. Apabila ada istilah ” رجل هشيم ” artinya ‘orang yang lemah badan / kurus’. Dan dikatakan pula ” اهتشم ما في ضرع الناقة إذا احتلبه ” artinya ‘menjadi kering apa yang ada di tetek unta itu apabila diperah’.

Kata ” هّاشِمْ ” juga menjadi nama Hasyim bin Abdi Manaf (Buyut Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ) padahal nama beliau adalah ‘Amr bin Abdi Manaf. Sebabnya karena dahulu ketika penduduk Mekah ditimpa musibah paceklik, seluruh persediaan makanan penduduk habis, kecuali milik ‘Amr bin Abdi Manaf pedagang gandum yang masih memiliki segudang gandum. Gandum merupakan makanan pokok penduduk Mekah. Karena ekonomi pun sedang krisis dan terjadi kelaparan, para penduduk terpaksa meminta kepada ‘Amr bin Abdi Manaf agar memberi gandum kepada mereka. ‘Amr bin Abdi Manaf sosok yang dermawan, beliau menyuplai makanan selama bencana itu bahkan hingga gandum di gudangnya habis. Atas kejadian habisnya gudang ‘Amr bin Abdi Manaf karena kedermawanannya menyuplai makanan penduduk, akhirnya beliau dijuluki Hasyim, maksudnya ‘membagi-bagikan hartanya hingga habis’. Jadilah terkenal dengan nama Hasyim bin Abdi Manaf.

———-
Firman Allah ta’ala ” وكان الله على كل شيء مقتدرا ” maknanya : Allah Maka Kuasa atas segala sesuatu. Lafadz ini adalah bentuk lain dari ” إن الله على كل شيء قدير “, yang memiliki makna yang sama bahwa Allah ta’ala Maha Berkuasa atas kebaikan dan keburukan yang terjadi. Hidup dan mati, subur dan binasa semua ada dalam kendali Allah subhanahu wa ta’ala. Banyak, sedikit dan cukupnya segala sesuatu, semua itu dalam kadar yang Allah kehendaki ukurannya sebagai ujian bagi hamba-Nya.

Disarikan dari Al Jami’ Li Ahkamil Quran Lil Imam Al Qurthubi (Tafsir Al Kahfi ayat 45)

Wallahu a’lam…

Semoga bermanfaat…

Written by Adhi S